Cinta…. cinta…. cinta semua orang bilang cinta tetapi mereka tidak tahu makna cinta itu sendiri. Mari kita ulas untuk mengetahui makna cinta yang sebenarnya:
Menurut bahasa: kata Al-Hubb atau Al-Hibb menurut istilah bahasa, berarti kata cinta dan kasih saying. Dikatakan tahabbaba ilahi artinya dia mencintainya. Sedangkan habiib (kecintaan) adakalanya bermakna yang dicintai. Untuk laki-laki dikatakan Fulaanun hibbu Fulaanin, si fulan kekasih si anu, dan untuk perempuan dikatakan Fulaanah hibbatu Fulaanin, si fulanah kekasih si fulan. Bentuk jamak dari hubb atau hibb ialah ahbaab, habbaan, habuub, dan hababah.
Dapat disimpulkan definisi cinta ialah kecenderungan dan ketertarikan hati yang terjadi di antara kedua belah pihak yang mencintai. Keadaan ini dapat terlihat melalui reaksi kedua belah pihak dalam kondisi tertentu sesuai dengan cinta yang terjalin dan tingkatan klasifikasinya, dan juga mengikuti tingkat kecenderungan dan selera naruninya masing-masing meskipun menyangkut hubungan antara manusia dan benda. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Rosulullah dalam komentarnya tentang bukit Uhud yang menyebutkan :
أحد جبل يحبنا ونحبه
“Uhud adalah bukit (tampat dikebumukannya para syuhada)yang mencintai kita dan kita pun mencnitainya”
Cinta adalah lawan kata benci. Berdasarkan pengertian ini, berarti cinta diperbolehkan, bahkan terkadang diharuskan, namun ada juga cinta yang dilarang, bahkan kebanyakannya memang diharamkan (dinukil dari kitab Lisan Al-Arab dengan beberapa perubahan)
Menurut Ibnu Hazim: cinta adalah hubungan ruhani yang tejalin di antara komponen-komponen yang beragam di kalangan makluk ini sesuai dengan unsur kejadian semulanya di alam (ruhani) nan tinggi.
Menurut sebagian ahli filsafat, bahwa jiwa manusia itu mempunyai idolanya masing-masing. Namun perpaduan antara keduanya akan berlangsung sesuai dengan keselerasian potensi yang telah ada pada masing-masingnya semenjak asal kejadiannya di alam (ruhani) yang tinggi dan kedekatan hubungan antara keduanya dalam hal bentuk dan strukturnya.
Sehubungan dengan hal ini, Allah telah berfirman:
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.” (QS. Al-A’raaf (7): 198)
Ibnu Hazm dalam komentarnya tentang jiwa yang mabuk cinta, memberikan penejelasan agak terperinci mengenai definisinya seperti berikut:
“jiwa orang yang dimabuk cinta menjadi lugu dan polos, secara insting mengetahui idola jiwa sejak dahulu menjadi dambaannya. Untuk itu, masing-masing akan menuju padanya dan mencarinya dengan menggebu-gebu untuk bersua dengannya dan berupaya menariknya guna mendapatkannya, perihalnya sama dengan magnet dan besi. Kekuatan inti besi akan menimbulkan reaksi yang sulit untuk dikendalikan atau dipisahkan, sebab besi akan mengejar benda yang sesuai dengannya. Ia akan bergerak ke arahnya, sebab gerakan itu selalu meneju ke tarikan yang kuat. Sementara kekuatan besi bersifat negatif, tidak memiliki daya tangkal yang menahannya. Ia dengan sendirinya akan mencari benda yang sesuai dengannya dan bergerak ke arahnya sacara alami.
Menurut DR. Khalid Jamal: cinta itu bagaikan cahaya jalan, jalan cahaya, jiwa kehidupan, dan kehidupan jiwa. Pengertian ini dijabarkannya dalam definisi cinta melalui penjelasan berikut:
“cinta adalah gejolak jiwa dan getaran hati yang menggugah perasaan pelakunya. Hati orang yang jatuh cinta secara alami tertarik kepada orang yang dicintainya penuh dengan semangat, perasaan, dan kegembiraan yang menggebu-gebu. Cinta pada mulanya biasa-biasa saja, namun pengertiannya, kerena keagungannya, lagi sangat sulit untuk digambarkan hakikatnya, kecuali dengan susah payah.
Menurut Dunia Maya: Agama adalah cinta, dan cinta adalah agama. Kata Tuhan atau Ilaahun dalam bahasa Arabnya berakar dari kata walahun, yang artinya cinta dan larut ke dalam sifat-sifat sang kekasih. Hubungan antara Allah dan mahluknya pada prinsipnya dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang. Oleh kerana itu, Allah mensifati diri-Nya dengan sebutan Ar-Rohiim (maha penyayang) dan Al-waduud (maha pengasih).
Definisi yang berbeda dalam dunia manusia tentang agama dan cinta ini, memperkenalkan kepada kita tentang makna yang terkandung dalam pengertian agama dan cinta. Jadi, agama itu adalah cinta kepada Allah, manusia, dan kebaikan. Cinta yang suci adalah cinta yang bersumberkan dari kecintaan kepada Allah, dan kecintaan kepada nilai-nilai kebaikan dan keindahan yang universal.
Menurut Ar-Rafi’i : cinta itu tidak lain hanyalah ketergantungan jiwa pihak yang mencintai kepada jiwa pihak yang dicintainya, shingga perasaannya tidak dapat diisi oleh yang lainnya.
Cinta tiada lain hanyalah pencaran cahaya yang bersumberkan dari potensi kehidupan. Perihalnya sama dengan cahaya matahari itu sendiri.
Cinta bersemi tiada lain kerena adanya cinta itu sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ar-Rafi’i dalam ungkapannya yang mengatakan bahwa sesungguhnya cinta itu bersifat ruhani dalam pandangannya terhadap segala sesuatu. Cinta akan mengubah kondisi kejiwaan seseorang dan seiring dengan perubahan ini akan berubah pula kondisi segala sesuatu dalam panda